Rabu, 20 Juni 2018

Mahasiswa Ber Jilbab Montok Di Kampus

"Tolong keruangan saya sebentar" Sebuah pesan singkat dari dosen sekaligus pembimbing aku dulu. Dari ruang kerja kecil di sudut gedung dosen, Aku beranjak ke sekretariat jurusan, menemio ibu laras di ruangan nya.


"Kamu masih sibuk penelitian?kelas banyak? Bu larans ketika aku sedang menutup pintu ruang sekre.

"Tidak buk ada yah buk?" Aku masih binggung dengan situasi ini.\

"Saya boleh minta toong, ambil laih kelas saya. Saya harus ke aussie" Perintah beliau kemudian. Ya

1 Tahun saya lulus aku masih mengabdi di kamous, membuat dosen penelitian dana mengajar di mata kuliah dasar.

Bu laras adalah satu dosen senior di jurusan aku, Idealisme membuatnya di musuhui jurusan. Dan aku bisa di bilang mahasiswa kesayangan nya.

Dia sendiri bukan hanya mengajar kampus ini, Namun juga memiliki status dosen di salah satu universitas di Adelaide.

Pembicaraan memakan waktu hingga 3 jam, karena aku harus mengajar di fakultas sebelah, dan bukan mata kuliah dasar, melainkan mata kuliah tingkat 3 dan menjadi bahan skripsi aku dulu. 

Bu Laras menunjuk aku sebagai penggantinya karena beliau menganggap aku kompeten untuk mengajar ini. 

Perkuliahan baru dimulai minggu depan. Jatah 2 kelas tambahan diberikan, membuat waktu istirahat dan penelitian aku berkurang, walau pundi keuangan bertambah. 

Mungkin di kampus ini aku terbilang satu dari beberapa dosen muda yang bengal (ga nurut peraturan). 

Mengajar dengan gaya urakan macam mahasiswa. Beliau sendiri yang pernah bilang kalo dosen dilihat dari otaknya, bukan gayanya. 

Nah, mata kuliah yang beliau berikan ini ada di fakultas sebelah, yang aturannya lebih ketat. Mengharuskan aku berpakaian lebih sopan (sedikit).

Selasa, 9.30

aku telat di hari pertama aku masuk. Kemeja pendek dilapis blazer untuk menutupi tattoo di tangan kiri aku menjadi style andalan. 

Masih stereotip kalo orang bertattoo itu urakan, walau di fakultas asal, aku bisa seenaknya ngajar make lengan pendek. 

Pintu aku buka, aku duduk di meja dosen sambil mengeluarkan daftar kehadiran. Beberapa mahasiswi agak tercengang, melihat dosen dengan jenggot tebal, rambut sebahu dan diikat. NONTON FILM PORN GRATIS


“selamat siang, bu Laras ga bisa menghadiri kuliah ini karena harus penelitian, sy wapol akan menggantikan beliau” kata aku membuka kelas. Dari total 23 orang di kelas, mayoritas adalah pria, sial. Namun ada satu mahasiswi yang mencuri perhatian aku, dari daftar kehadiran aku tau namanya Clara. 

Duduk di baris tengah, dengan rambut sebahu yang digerai, perawakan tinggi padat. Mengenakan kemeja merah tipis dengan jeans. kulit kuning langsat cenderung putih dengan wajah khas metropolitan (muka anak gaul)

Suasana hening perlahan cair ketika aku mulai materi. aku bukan tipikal dosen serius karena selama kuliah aku belajar kalo dosen terlalu serius Cuma bikin setres. 

Mahasiswa juga menyadari kalo aku ga seseram penampakannya. Kelas ini termasuk kelas yang kooperatif. Saling lempar pertanyaan yang kadang berbalut canda.

Minggu kedua

Seperti biasa aku masuk dan menyampaikan materi. 15 menit berlalu dan pintu tetiba diketuk. Clara masuk dengan muka agak panik, 

“maaf mas telat, boleh masuk?” ya menjadi aturan kelas kalo haram hukumnya manggil aku pak. 

Sekilas aku melihat jam tangan, telatnya belum terlalu jauh mengingat kelas memiliki durasi 3 jam, jadi aku persilahkan dia masuk tapi duduk di row paling depan. 

Clara duduk tepat berseberangan dengan aku.

1 jam berlalu, materi hampir selesai, aku memberikan beberapa soal latihan untuk dikerjakan, kemudian duduk kembali di meja dosen. 

Saat itu Clara menggunakan kemeja biru muda berbahan semacam satin yang cukup menerawang, ditambah keringat yang masih bercucuran dan membuat kemejanya sedikit basah. 

Sambil sesekali menjawab pertanyaan dari mahasiswa lain, aku mencuri pandang ke arah Clara. 

Aku baru menyadari di balik kemejanya ia hanya mengenakan bra, ketika ia menoleh ke belakang dan terpampang jelas garis bra dari balik kemejanya.

15 menit berselang, ia tetiba membuka kancing paling atas kemejanya dan mengipas-kipaskan kerah kemejanya. “panas banget ih” gerutunya. 

Aku berusaha mencuri pandang ke balik kemejanya. Belahan dada yang sekilas terlihat, mencilat di karena keringat yang masih membasahi tubuhnya. 

Berharap kelas lebih lama berlangsung agar aku lebih lama memperhatikan tubuh Clara.

Kelas ini agak unik, walau setelah jam selesai, banyak yang belum membubarkan diri. Dan pada akhrinya gw mulai menyatu. 

Di kelas profesional, di luar kelas ngerokok bareng. Rian, salah satu mahasiswa bilang sangat jarang dosen di fakultas ini ga ngasih jark ke mahasiswanya ampe mau ngerokok bareng. Menurut aku sih yang penting di kelas profesional, di luar kita teman.


Minggu ke-5

Minggu ini presentasi beberapa kelompok. 

Clara menggunakan kaos putih berbalut kardigan biru tua. Sambil menunggu kelompoknya maju, ia duduk di baris depan. 

Setelah Aku suruh ia duduk di baris depan, ia cenderung memilih baris depan bersama dua temannya. 

Kaos yang ia pakai memiliki belahan rendah dan cukup menerawang. Samar terlihat bra berwarna hitam dari balik kaosnya. 

Ukuran font presentasi yang kecil membuat clara harus memicingkan matanya dan sedikit condong ke depan. 

Aku yang duduk di meja depan mendapat suguhan belahan dada yang cukup terlihat dari balik kaosnya yang memang kendor. 

Satu momen ketika ia bertanya dan kardigannya agak turun, Aku baru menyadari bahwa bukan kaos yang ia pakai, tapi tanktop dengan belahan samping yang lebih rendah dari belahan depannya. Membuat bra hitamnya terlihat jelas. 

Ditambah gumpalan dada yang mencuat seperti bra tidak mampu menahannya.

Clara seperti sadar kalo aku lihat, tapi Aku Sengaja ga mengalihkan pandangan aku dan tetap memandang belahan dadanya. 

Ia sedikit melihat ke bawah, ke arah dadanya dan sadar kalo agak sedikit terbuka, namun bukannya menarik ke atas tanktopnya, ia malah membiarkannya dan berlaga seperti ga ada yang terjadi. 

Untuk beberapa menit sampai presentasi selesai aku bebas untuk terus melihat dadanya. Satu momen ia bahkan sengaja menekan dadanya ke tengah dengan merapatkan kedua tangannya.

“iya kan mas?… mas?” pertanyaan dari seorang mahasiswa yang lagi presentasi seperti membangunkan aku.

“ah, iya kurang lebih seperti itu” jawab aku sekenanya sambil melihat ppt dan mencoba mengikut apa yang sedang dipertanyakan. 

Sekilas Aku melihat ke arah Clara, iya tertawa kecil sambil menutup mulutnya dengan tangannya. 

“jadi, dia sengaja?” pikir aku.

Minggu ke 7

Seminggu sebelum UTS, hubungan aku dan kelas ini semakin dekat. Beberapa anak ada yang menghubungi aku, mulai dari nanya materi, sampai nanya mata kuliah lain. 

Hari ini, seperti berbeda, Clara menggunakan rok sepan pendek hitam, dengan kemeja merah (berbeda dengan beberapa minggu lalu), dan blazer. 

“mau lamaran kerja?” canda aku ke Clara. 

Aku sadari beberapa anak juga berpakaian lebih rapi dari biasanya. “ada presentasi buat UTS mas abis ini, harus rapi” jawab Clara. Make sense.

Seperti biasa, Clara duduk di row depan, berhadapan dengan meja aku. 

Berhubung ini hampir materi terakhir sebelum UTS, Aku merekap beberapa materi yang aku ajarkan. 

Posisi Clara yang berada di pojok, membuatnya harus duduk agak menyamping agar melihat papan tulis. Awalnya biasa, namun tetiba Clara melebarkan kakinya. 

Aku masih berpikir positif bahwa itu hanya kebiasaan duduknya. Namun beberpa lama ia tidak merubah posissinya. 

Aku yang berdiri di sisi papan tulis yang dekat meja aku, menjadi dekat dengan Clara. Penasaran aku ngetes apa Clara benar-benar pamer buat aku, aku menulis lagi beberapa poin materi. 

Ketika membalikan badan seperti ingin menjelaskan, dengan sengaja Aku menjatuhkan spidol Aku.

Aku kemudian jongkok mengambil spidol sambil melihat ke arah Clara, lebih tepatnya ke arah roknya. 

Keadaan ini harusnya Clara segera merapatkan kakinya, tapi ia tetap membuka lebar kakinya sehingga Aku melihat bagian dalam paha mulusnya. 

Kalo Aku lebih jongkok atau melihat lebih lama harusnya Aku bisa melihat celana dalamnya, tapi suasana ga memungkinkan.

Sambil menjelaskan mata Aku memandang seluruh mahasiswa, dan sampai akhirnya melihat Clara. 

Ia tersenyum sebentar, senyuman penuh kode, kemudian baru merapatkan kakinya. apa artinya ini? 

Kelas selesai dengan kepala Aku penuh pertanyaan apa maksud Clara. tapi Aku gak berusaha untuk memikirkannya terlalu dalam, mungkin ia Cuma menggoda.


Siang menuju sore itu Aku kembali ke sekre untuk mengambil beberapa data. 

Daripada mengerjakan di kantin atau di kosan, Aku lebih milih ngerjain di kantin sebelah. 

Sekitar jam 5 tetiba ada yang dateng nyapa Aku 

“mas, ngapain?” Clara tetiba duduk di samping Aku, dengan dua orang temannya. 

“ah ini, nugas” jawab Aku sekenanya. 

Ia memperhatikan laptop dan setumpuk kertas di samping Aku, 

“banyak ya?” tanyanya penasaran. 

“yah lumayan, namanya juga kerja” jawab Aku sambil menghisap rokok Aku kembali. Aku menutup laptop dan merapikan dokumen yang menumpuk. 

Kerjaan ini bisa nanti lagi, toh deadline masih jauh. 

“yaah kok dimatiin? Ganggu ya mas?” tanya Clara, 

“enggak kok, emang udah selesai” jawab Aku. 

Clara kemudian mengajak Aku ngobrol, mulai dari hal-hal sepele, sampai ke materi kuliah. 

Setengah jam berlalu, langit mulai gelap. Pembicaraan lagi menyenangkan, Clara menanyakan banyak hal tentang Aku, dan tentang bu Laras. 

Ia penasaran seperti apa bu Laras, karena beliau terkenal di fakultasnya sebagai dosen yang menyeramkan.

“Clar, balik yuk” bisik temannya namun cukup keras sampai Aku denger. 

“lo duluan dah, Aku ntar aja” tolak Clara halus. Temannya pergi, Clara mulai menanyakan Aku lagi. 

Aku gabisa kabur dari matanya, dan setiap ia tersenyum mata Aku seperti ditarik paksa untuk terus melihatnya. 

Dan akhirnya langit berubah gelap. 

“laper ga? Makan yuk” tanya Aku yang mulai berasa laper. 

“mau siih… tapi boseen mas di sini mulu” jawab Clara dengan muka manja. 

“ah saya 6 tahun di sebelah ga ada bosennya”. Pernyataan ini memicu rasa penasaran Clara, 

“kok ga bosen? Bukannya kantinnya gitu-gitu aja ya?” tanya dia kemudian, 

“suasananya enak, jawab Aku”. ia memutar matanya, agak bingung mungkin. 

“mau nyoba makan di sana?” tawar Aku kemudian. 

“boleh boleh, yuuk!” Clara bersemangat sambil menarik tangan Aku. 

kemudian ia sadar, melepaskan tangan Aku, agak tertunduk malu, 

“eh, maaf mas”. Aku mengenakan tas Aku, dan memegang jemari Clara, 

“yuk, santai aja kali”. Clara menyambut dengan menggenggam tangan Aku.

Ga lama emang kami bergandengan, Aku langsung melepas tangannya karena takut dengan regulasi kampus dan masalah profesionalitas. 

10 menit berjalan akhirnya kami sampai ke kantin fakultas Aku. suasana masih sama, banyak anak yang main gitar sambil nyanyi ga jelas. 

Kami duduk di pojok, agak jauh dari keramaian. Sambil mengunyah makanan masing-masing, Clara nampak bersenandung mengikuti lagu. 

“enak ya ampe malem masih rame, pantes betah” celetuknya di tengah makan. 

“ya gtulah makanya betah”. Kami selesai makan dan melanjutkan obrolan. 

“mas, kenapa make blazer terus dah?” tanya Clara tetiba. 

Sebenarnya Aku males buka-bukaan, tapi yaudalah. Aku ga menjawab tapi malah membuka blazer Aku.

“ini kan ngelanggar aturan” jawab Aku kemudian sambil menunjukan tattoo di pergelangan tangan kiri Aku. 

“cool!” Clara nampak antusias sambil memegangi kedua tangan Aku. 

“arti gambarnya apa mas?” tanya Clara yang Aku jawab dengan arti tattoo pohon yggdrasil di tangan kiri Aku. ia masih antusias dan menanyakan tentang tattoo, ia juga menceritakan beberapa temannya yag memiliki tattoo.

Perbincangan kami makin seru. Dan tetiba, 

“panas ya” seru Clara kemudian sambil mengibas-kibaskan blazernya. 

“buka aja sih, ya panas lah, kantin” jawab Aku sekenanya. 

Awalnya Clara nampak menolak, ia sedikit berpikir kemudian membuka blazernya, ternyata kemeja yang dipakainya adalah kemeja tanpa lengan. 

Lengan putih mulus dan siluet bagian samping dadanya yang bulat membusung terlihat jelas. Mata Aku gabisa lepas dari dua bukit yang menjulang dan terlihat jelas. 

Ga terasa waktu menunjukan jam 9. Clara mengajak Aku pulang. Aku menawari dia untuk diantar pulang.

Gantian ia bangkit, menjulurkan tangannya, 

“yuk” ajak Clara sambil tersenyum. 

Aku bangkit dan meraih tangannya. Berbeda dari Aku tadi, ia tidak melepaskan pegangan tangannya. 

Kami berjalan bergandengan hingga sampai ke parkiran dosen. sebenarnya,dari kata-kata Clara, jarak kosannya dari kampus Cuma sebatas tembok kampus, tapi harus muter karena make mobil. 

Di jalan tetiba Clara merangkul tangan kiri Aku yang emang steady di tuas gigi, 

“dingin banget sih mas mobilnya” kata Clara manja. Aku bisa merasakan dadanya menempel di lengan Aku, tepat di atas sikut. 

“ya mau gimana, malem, buka jendela aja?” tanya Aku kemudian dijawab dengan gelengan manja Clara. 

Sepintas Aku rasakan bra yang ia gunakan bukan tipe bra yang bergabus tebal, jadi bisa terasa empuk-empuk dadanya. 

Sengaja Aku naik turunin gigi, biar lengan Aku bergerak menyenggol-nyenggol dada Clara. 

Aku berpikir awalnya ga sengaja ia menyentuhkan dadanya, tapi beberapa senggolan hingga yang sengaja Aku bergerak buat nyenggol, Clara ga mengubah posisinya. 

15 menit dan kami sampai di depan kosan Clara yang ternyata Cuma berjarak 4 rumah dari kosan Aku. 

Malam itu Aku kepikiran, sebenarnya kenapa Clara? apa dia suka ama Aku? atau ini kisah lain mahasiswa menjilat dosen demi nilai? Entahlah.

Kamis malam, 2 hari setelahnya

Sekitar jam 10 malam di kosan, Aku baru menyelesaikan beberapa input data, dan bersiap streaming anime. 

Titiba hape Aku berbunyi, telpon dari Clara ternyata. 

“mas, maaf mengganggu, lagi di kosan ga?” tanyanya dengan suara yang agak bergetar seperti habis nangis. 

“iya di kosan ni, kenapa ya?” balas Aku agak bingung. 

“Clara boleh ke sana ga? Plis banget mas plis, nanti Clara jelasin” Aku gak tega dengan suara bergetarnya, pun karena kosan Aku bebas campur jadi ga masalah. 

Akhirnya Aku tanyain permintaan dia. Bakar rokok sebatang dan Aku turun (kamar Aku di lantai 3). Baru Aku sampai pagar, terlihat sesosok gadis berjalan cukup cepat. 

Menggunakan Celana pendek kain sepaha, kaos bali gombrong, dan jaket yang ga diresleting, dengan tas ransel di punggungnya. Clara berjalan tergopoh, Aku langsung mengajaknya masuk ke kamar Aku.

“laptop Clara tetiba mati mas, ga mau nyala lagi, padahal ada UTS dikumpulin besok pagi, boleh pinjem laptop mas ga? Plis, Clara kerjainnya di sini deh” begitu masuk kamar, Clara langsung menjelaskan maksudnya. 

Aku langsung mempersilahkannya make laptop Aku. perlu dijelaskan, kosan Aku emang agak gede, kasur single di pojok, laptop Aku taro di lantai, nyangkut ke speaker luar karena speaker laptop udah mati, dan Cuma dengan kipas laptop sebagai alasnya, praktis kalo mau ngerjain sesuatu ya tiduran, atau dipangku laptopnya.

“emang warnet seberang kosan Aku penuh?” tanya Aku membuka perbincangan saat Clara sibuk ngeluarin buku catetannya. 

“ga ada aplikasi statistik mas, Clara panik banget. Pinjem ya” balas Clara dengan nada masih panik. 

Awalnya Clara mengerjakan dengan memangku laptop, karena emang Aku larang untuk narik ke manapun, lagi nyetel lagu. 

Ia nampak sedikit kesulitan mencocokan data di catatannya dengan yang dimasukan ke laptop, jdi Aku ambil inisiatif ngebantu. Aku langsung pasang mode kerja, tengkurep menghadap layar.

“mas, agak panas ya?” tanya Clara tetiba sambil mengibas-kibaskan jaketnya. 

“yah emang kosanmu ada AC-nya, di sini mah makenya kipas” jawab Aku seadanya. 

“boleh Clara lepas jaket?” ia meminta izin kemudian, Aku hanya menjawab anggukan. Clara menaruh laptop di lantai, bangkit dan melepas jaketnya. 

Lengan putih itu nampak lagi. Baju yang ia kenakan ternyata hampir tanpa lengan. Clara kemudian malah tengkurap di samping Aku. 

“pegel mas lehernya nunduk mlu, sambil tiduran gapapa ya?” tanyanya yang seperti ga butuh jawaban Aku.

Aku seperti mendengar beberapa kali samberan petir, yang kemudian disertai guyuran hujan yang cukup deras. 

Tapi keseriusan kami ga terganggu karena deadline semakin dekat. Jam setengah 12, akhirnya Clara selesai mengerjakan UTSnya dan mengirimkannya ke email dosen. 

“yah ujan mas?” tanyanya baru sadar kalo udah setengah jam lebih hujan deras. 

“kamu kemana aja? Fokus banget” jawab Aku sambil noyor kepalanya. 

“yaah gimana dong, punya payung mas?” tanyanya agak cemas. 

“gapunya, lagian kosan kamu kan deket, ujan-ujanan dikit gapapa” jawab Aku sekenanya. 

“Clara sih gapapa, datanya basah gimana, masih buat uas ini” serunya sambil menunjuk setumpukan kertas yang daritadi kami pelototin angka-angka di dalamnya. 

“yaudah tunggu reda aja dulu, ngapain kek” jawab Aku sambil bangkit duduk. Clara masih asyik tengkurap. 

Tekanan dari badannya membuat dadanya mencuat ke samping tertahan bra, bokongnya membusung berani, bulat dan seperti minta dicubit. 

Dalam hati uda muncul pikiran selama ini Clara memamerkan badannya, boleh Aku jamah nih. Tapi Aku buang jauh-jauh pikiran itu, Aku Cuma dosen pengganti, kalo sampe Clara ngadu ke bu Laras selesai semua karir nama baik Aku.

“mas punya film ga? Nonton aja yuk” tanyanya tetiba. 

“film apa? bokep?” tanya Aku mencoba mancing. “yee jangan, kalo itu entar Clara ga pulang”. Jawaban itu aneh, apa itu berarti kalo Aku buat dia terangsang dia rela Aku tiduri? Ah setan makin merasuk. 

“tadi lagi mau nonton anime sih, tuh liat aja di tab” jawab Aku kemudian. 

“wah mas ngikutin ini juga? Ih episode baru uda keluar ya? Mau dong mau dong” jawab Clara antusias ketika melihat tab anime yang lagi Aku streaming. 

Akhirnya kami tonton lah itu film. 

“mas kok duduk? Clara tiduran aja gapapa kan?” tanyanya tetiba di setelah memulai film. 

“pegel, sakit keteken gaenak” jawaban Aku masih terus memancing. 

Pikiran Aku udah mulai kotor terus ngeliat bokong dan dada yang terjepit itu. 

“hah sakit? Ooh dedeknya yaa… ahahaha” Clara seperti paham dan malah bercanda. Kenapa pancingan Aku terus-terusan disambut, hmmm. 

“iya lah, gede sih jadi ketindihan kan sakit,hahaha” jawab Aku terus memancing. 

“hmmm sombongnya, segede apa sih?” tanya Clara nantang. Aku udah mulai frontal dan menjurus. 

“gede deh, masuk mulut kamu mah ga muat” jawab Aku sekaligus menantang. 

“dih, iya deh, mulut Clara yang kecil mas itu sih” jawabannya ternyata ga seperti yang Aku harapkan. Aku kira dia bakal nantangin. Aku patah akal, Aku kembali nanya ke Clara, 

“kamu sendiri tengkurep gitu ga sesek?” Aku nanya sekaligus tangan Aku nunjuk ke arah dadanya. 

“hah?ini? engga sih, ga sesek Cuma ngganjel ajah” kata Clara sambil tangannya memegang dada bagian sampingnya.

Clara kemudian bangkit, duduk di sebelah kanan Aku. katanya sesek lama-lama tiduran. 

Ya okelah, kami kemudian mulai menonton episode baru anime tersebut. Baru berlalu 15 menit tetiba petir menyambar keras, dan listrik langsung padam. 

“hiyaaaah gelap mas” sontak Clara tetiba. 

“trafo kesamber petir kali” jawab Aku santai. 

“mas kok suaranya ilang juga? Speaker laptopnya kemana?” tanya Clara yang menyadari film yang kami tonton tetiba mute. 

“rusak speakernya, makanya make speaker luar” jawab Aku. “oh” Clara menjawab seperti kehabisan stok pertanyaan. 

Ruang gelap gulita, cahaya Cuma dari layar laptop. Kami berdua diam menyisakan berisik guyuran hujan menghujam talang air dan atap mobil.

Aku memandang Clara, ya hanya wajahnya yang terlihat jelas disinari layar laptop. Clara seperti sadar pandangan Aku ga bergerak dari wajahnya, 

“kenapa mas? Liatin aja” tanyanya. 

“cakep juga kamu ya” jawab Aku sambil memandang lurus matanya. 

“dih kemana aja sebulan lebih tiap selasa ngeliat?” candanya sambil sedikit tertawa. 

“selama ini ada pengalih terus kan, sekarang Cuma kamu yang keliatan, ternyata cantik” jawaban Aku bernada serius, meredakan tawa kecil Clara. ia juga memandang lurus mata Aku. perlahan tangan Aku merangkul Clara, tak ada perlawanan.

Kami berdua diam saling berpandangan. Tangan Aku naik hingga ke belakang kepalanya, sedikit membelai rambutnya dan perlahan menarik kepalanya mendekati Aku. 

Sementara tangan kiri Aku perlahan menutup layar laptop. Cahaya semakin meredup karena mengarah makin ke bawah, temaram Aku bisa melihat mata Clara perlahan tertutup ketika kepalanya semakin mendekati kepala Aku.

Tak ada perlawanan sama sekali. Dan layar laptop sudah sepenuhnya tertutup, ruangan ini gelap gulita tepat ketika bibir Aku menyentuh bibir Clara. 

Tarikan napas cukup panjang sayup terdengar di antara guyuran hujan ketika bibir kami bersentuhan. Tak ada penolakan, Aku mulai melumat bibir Clara. 

Bibir mungil tersebut sedikit terbuka, memberi ruang untuk lidah Aku bergerilya masuk, yang langsung disambut oleh lidahnya yang seperti sudah tidak sabar.

Di tengah silat lidah ini, tangan Clara perlahan merangkul Aku. tangan kanan Aku masih menahan kepalanya untuk ga berhenti berciuman. 

Napasnya terdengar makin cepat. Tangan kiri Aku yang sudah bebas tugas perlahan membelai perutnya, sangat perlahan naik hingga bagian bawah dadanya. 

Mencari lampu hijau, Aku colek-colek sedikit dadanya. Bukan penolakan yang Aku dapat, tapi tarikan napas cepat ketika Aku menyentuh dadanya. 

Ini pertanda yang Aku cari. Jemari Aku langsung terbuka lebar, Aku angkat sedikit dan langsung meremas dada kanan Clara. 

“mmmmhhhhhh” Clara melenguh di tengah ciuman kami yang semakin intim. Aku menyedot paksa lidah Clara masuk ke rongga mulut Aku.

“ngghh nghhh nghhh” Clara mendesah teratur ketika Aku meremas dadanya dari luar kaos. 

Tangan kiri Aku berhenti meremas dada Clara dan mulai bergerilya ke balik kaos. Perlahan Aku sentuh perutnya, terus naik ke atas. 

Niat Aku mau masuk langsung ke balik bra, ternyata sempit banget, sangat sulit untuk dijamah. Clara tetiba sedikit mendorong Aku, hingga melepaskan ciuman kami. 

“susah ya?” tanyanya sambil sekelebat Aku melihat tangannya mengarah ke punggungnya. Ia kemudian menurunkan tali bra dari lengannya. 

Setelah melepaskan kedua sisi tali bra dari tangannya, Clara langsung merangkul Aku dan melumat liar bibir Aku. 

Tangan kanan Aku merangkul punggung Clara, dan tangan kiri Aku kembali bergerilya masuk ke balik kaosnya. 

Ketika Aku mendapati bra Clara sudah turun, langsung Aku tarik keluar dan Aku lempar sembarangan. 

Tangan kiri Aku langsung bergerilya masuk kembali dan meremas dadanya. 

“aaaaahhhhhh” seketika Clara melepas ciumannya untuk melenguh panjang. 

Kemudian ia kembali melumat bibir Aku, lidahnya liar menari di dalam mulut Aku ketika tangan kiri Aku bermain di dadanya, meremasnya hingga mencubit putingnya. 

Clara merangkul Aku erat, membuat tangan kiri Aku terjepit di antara dadanya, gabisa berbuat apa-apa kecuali meremasi kedua dadanya. 

Sementara mulut kami terkunci dalam satu ciuman yang kian memanas.

Perlahan Aku melepaskan ciuman kami, kepala Aku turun. Clara melepaskan rangkulannya. 

Kedua tangan Aku meremas dada Clara sambil menampik kaosnya ke atas. Kepala Aku perlahan mengarah ke dada kirinya. 

Clara nampak paham, ia langsung menaikan kaosnya melewati kepalanya dan membuangnya entah kemana. 

Aku gigit kecil puting kirinya sambil Aku remas dada kanannya. Bergantian perlakuan ini ke dua dadanya sambil sesekali Aku isap putingnya kuat-kuat. 

“aahhh maaaas, enak banget siih…aaaaahh” Clara melenguh, meracau sejadinya ketika putingnya Aku isap kuat-kuat. 

Di tengah permainan ini, tetiba listrik kembali menyala. Mata Aku seperti kena blitz, terang sesaat baru kemudian jelas Aku lihat puting pink yang sudah mencuat dari dada putih bulat membusung. 

Aku kemudian menyelesaikan permainan, hendak melihat ekspresi Clara.

Clara nampak agak malu, mungkin listrik yang menyala seperti menyadarkan dia sesaat, namun libidonya sudah sangat tinggi, wajahnya sayu. 

“kenapa mas?” hardik Clara ketika Aku melihat wajah cantiknya dalam suasana terang benderang. 

Semua terlihat jelas, bra putih dan kaosnya yang bergeletakan juga kembali terlihat. 

“ga Cuma mukanya cantik, dadanya juga bagus banget sih kamu” puji Aku. Clara sedikit tersipu, 

“ah bisa aja mas”. Beberapa detik kami kembali saling diam, agak kikuk harus melanjutkan permainan atau bagaimana. 

Hingga tetiba tangan Clara mengarah ke selangkangan Aku, dan langsung mengusap-usap penis Aku dari luar celana. 

“mana yang katanya ga muat di mulut, Clara mau coba dong” goda Clara sambil tangannya mengusap-usap penis Aku. 

Matanya sangat sayu, ia kemudian juga menggigit bibir bawahnya setelah bicara. Libidonya jelas sudah sangat tinggi.

Aku langsung melempar badan Aku telentang di lantai, memberi kebebasan pada Clara untuk ngapa-ngapain Aku. 

Ia kemudian duduk di samping Aku, tangannya mengelus-elus penis Aku dari luar celana. Ia kemudian menurunkan sedikit celana dan cd Aku, membut kepala penis Aku muncul dan batang penis terjepit celana. 

Kemudian menjilati perlahan kepala penis Aku. sesekali Clara ngeliat Aku sambil tersenyum menggoda. 

Seperti puas ngebuat Aku kentang, baru ia kemudian menurunkan celana Aku, dan melemparkannya sembarangan. 

Ia juga menaikan sedikit baju Aku biar ga menghalangi penis. Penis Aku tegak berdiri, dan Clara agak terbelalak. 

“gede ya, muat ga nih” entah ini ekspresi kaget asli atau semacam lip service. Ia kemudian beranjak duduk di antara paha Aku.

Tangannya mengocok pelan penis Aku sambil perlahan Clara mendekatkan wajahnya. 

Kembali ia menjilati kepala penis Aku. baru kemudian mulutnya terbuka lebar dan perlahan memasukan penis Aku ke mulutnya sambil tangannya tetap mengocok pelan batang penis Aku. 

Clara mengulum perlahan, kepalanya naik turun. Ketika kulumannya kian dalam, tangannya beranjak turun dan mengaduk-aduk kedua biji Aku. 

3 menit berlalu, kepalanya makin cepat bergerak naik turun. Tangannya bertopang di panggul Aku. penis Aku berasa hangat walau sesekali terantuk gigi. 

Sekeras apapun Clara berusaha, kapasitas mulutnya hanya sampai ¾ penis Aku. 

“phuaaaahh, susaaah” seru Clara sambil melepaskan kulumannya. Aku tersenyum ngocol, 

“ga muat kan”. Clara nampak sedikit cemberut, merasa dirinya gagal menerima tantangan. 

Rautnya tetiba berubah tersenyum, 

“Clara tau caranya, pasti muat ampe ujung”. 

“gimana?” tanya Aku sekaligus nantang. 

“mas tutup mata dulu, rahasia ini, pokoknya ampe ujung” pinta Clara sambil menaikan kaos Aku. T

Tepat ketika leher kaos melewati hidung ia berhenti. Membuat mata Aku ketutup dan kedua tangan Aku mengarah ke atas. 

“janji gaboleh liat, pokoknya Clara marah kalo mas liat” rajuknya. 

“iya, coba mana trik rahasianya” tantang Aku. emang mata Aku ketutup sama sekali, Aku gabisa ngeliat apa-apa seperti saat gelap tadi. 

Aku bisa ngerasain tangan Clara mengocok perlahan penis Aku. kemudian melepasnya. Kok Aku jadi ga diapa-apain gini? 

“Clara mana triknya?” tanya Aku sambil memastikan Clara ga pergi. 

“sebentar mas” jawab Clara sambil Aku rasakan tangannya kembali mengocok penis Aku tapi dengan posisi yang aneh. Aku merasakan genggamannya aneh.

tetiba bleeesss…
”hhhhaaaaahhhh”Clara melenguh kencang bersamaan dengan Aku merasakan penis Aku masuk ke sebuah goa yang sangat sempit, hangat, berlendir dan berdenyut di seluruh sisinya. 
Aku langsung menaikan kaos Aku dan membuangnya, sedikit bangkit dan Aku lihat Clara berjongkok menghadap Aku, telanjang bulat tanpa apapun menutupinya lagi. 
Nampak vagina berwarna coklat muda yang dipenuhi bulu-bulu halus. Penis Aku sepenuhnya tertanam ke dalam vagina Clara. 
Ia kemudian tersenyum puas dengan wajah yang sudah sangat sange. 
“muat kan mas ampe ujung” katanya sambil perlahan bergoyang naik turun. 
“iya muat ampe ujung, tapi curang, itu bibir bawah, bukan bibir atas” Aku masih berusaha bicara di tengah kenikmatan luar biasa ini. 
“sshhh…ahhh… gapapahhhh…lebih enak juga kan, ahhhh” Clara berusaha menggoda Aku sambil bergoyang naik turun. 
“ahhh, iya enaak” Aku udah gabisa nahan lagi, dinding vagina Clara terus menekan penis Aku, membuat sensasi yang sangat nikmat.
Setiap kali Clara bergerak turun, Aku hentakkan bokong Aku ke atas, menjadikan gerakan Aku dan Clara saling berlawanan. 
Setiap hentakkan yang terjadi Clara selalu melenguh kencang. 
“aaahh…uuhhh… mhhh…enaak maaas”. 
Kedua tangan Aku juga meremas dada Clara yang berguncang liar, sambil sesekali mencubit putingnya. 10 menit berlalu, 
“ahh maasss keluaaar” Clara melenguh kencang, dan satu hentakkan keras terakhir membuat tubuhnya membusung dan bergetar. 
Penis Aku berasa dimandikan oleh cairah hangat yang mengguyur di dalam vagina Clara. 
Clara langsung tumbang ke depan, Aku menahannya dan langsung memeluknya. 
“enaak banget mas…enak banget” bisik Clara. 
Aku peluk dia dan membalik posisi, ia kini di bawah. Kakinya Aku topang di bahu Aku. perlahan Aku pompa Clara. 
“ahh iya mas teruss…ahhh” Clara meracau sejadinya ketika Aku mempercepat gerakan Aku. 
Bermain di rpm tinggi membuat Clara meracau semakin aneh, 
“ahhh teruss… fuck..yess..ahhh…” lengkingan, racauan, dan lenguhan menyatu dengan napas yang kian cepat dan hujan yang masih deras.
Sekitar 10 menit sampai Aku merasakan Aku hampir keluar.
 “ahhh mas mau keluar lagi” Clara bersiap untuk orgasme keduanya, pun Aku merasakan udah di ujung. 
Kaki Clara tetiba turun dan menyilangkannya di punggung Aku, mengunci posisi Aku sekarang. 
“terus maas Clara mau keluaar” Clara meracau makin liar ampe Aku harus nyium dia untuk menutup mulutnya. 
Kakinya mengunci di punggung Aku, tangannya mengikat leher Aku untuk ga melepaskan ciuman, dan tubuhnya bergetar hebat. 
Aku merasakan penis Aku seperti dipijat, seluruh dinding vaginanya berdenyut, membuat vaginanya makin sempit dan memberi pijatan hebat ke seluruh penis Aku. 
“sssshhhaaaaaahhhh”Clara mendesah lemas disertai dengan guyuran cairan hangat. 
Dan Aku mencapai ujungnya, “ra, mau keluaar” Aku memperlambat gerakan Aku, bersiap mencabut penis Aku. 
Tapi kaki Clara mengikat Aku makin kuat, bokongnya bergoyang seperti minta untuk Aku pompa lebih cepat. 
Tangannya mengunci di tengkuk Aku. ia melepaskan ciumannya, berbisik di telinga kiri Aku 
“ga mau,ahhh… ga boleeeh,ahh… entot teruus…jangan dilepas…ahhh” Aku hilang akal, Aku pompa.
Clara secepat dan sekeras yang Aku bisa.
 “aaahhhh iyaaaahhhh…teruuus” Clara kian meracau. 
Aku gabisa nahan muatan penis Aku lagi. 
Satu hentakan terakhir penis Aku masuk sedalam mungkin ke vagina Clara, dan langsung memuntahkan lava putih hangat di liang rahim Clara. tubuh Aku bergidik, 7 semprotan bersarang dalam vaginanya. 
“aaaaaahhhh enaaaaak” Clara mendesah dan meracau ketika ia Aku rangkul erat sambil penis Aku memuntahkan seluruh muatannya.

Setelah yakin semua muatannya keluar,Clara baru melepas seluruh kunciannya dan baru Aku cabut penis Aku. 
Aku duduk di antara paha Clara, melihat lava putih perlahan meleleh keluar bercampur cairan hangat dari vagina yang menganga. 
Tangan Clara menengadah ke atas minta Aku memeluknya. Aku tidur di sampingnya dan memeluk Clara erat. 
Kami kembali berciuman sebentar. 
“enak banget mas, sumpah demi apapun enak” puji Clara. 
Aku hanya menjawab dengan senyuman. Beberapa menit mengisi tenaga, Clara kemudian bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan vaginanya. 
Aku pindah tiduran di kasur. Pikiran Aku baru agak jernih, inget kalo Aku buang muatan di dalam. 
Deg-degan juga sih. Clara keluar dari kamar mandi, Aku masih ga berani bilang apa-apa. ia kemudian duduk di bibir ranjang. 
Melihat Aku dengan mata penuh kepuasan, kemudian pandangannya perlahan turun ke penis 
Aku yang sudah menyusut. Ia kemudian membelai penis Aku. 
“ntar kalo udah gede, ngentot lagi ya… Clara ketagihan” goda Clara.
 “itu, peju, gapapa?” Aku panik sampe gabisa ngomong kalimat lengkap. Clara tersenyum, 
“kondom itu proteksi lemah, sering sobek, kalo KB 99% aman”. Dan Aku bisa napas lega atas jawaban itu, pantas Clara pede banget untuk Aku keluar di dalam.

Hujan masih mengguyur deras, dan waktu sudah menunjukan tengah malam. Clara merebahkan dirinya di samping Aku, di kasur yang sempit ini sehingga kami harus tidur miring agar muat. 
Clara tiduran membelakangi Aku. “mas, Clara boleh nginep aja ga? Udah tengah malem” ujarnya tetiba. 
Aku merangkul perutnya sambil membalas, “baru mau minta kamu nginep aja daripada tengah malem pulang, hahaha”. 
Clara tetiba membalikan tubuhnya sehingga tidur miring menghadap Aku. 
“iya mas boleh? Asyik” serunya kemudian mengecup bibir Aku, lalu tersenyum manja. Tangan Aku beranjak naik dan mengusap rambutnya. 
Aku kemudian tidur telentang, tangan kiri Aku menjadi bantal Clara, ia tidur sambil memeluk Aku. tangan kiri Aku mengusap-usap rambutnya. 
Malam kian larut, kami tidur tanpa mengenakan apapun yang menutupi tubuh kami. ga butuh waktu lama hingga Clara terlelap, mungkin ia sudah kelelahan.

Pagi menjelang, Aku bangun dan melihat jam, baru jam 6. Clara sudah tidur berubah posisi, miring membelakangi Aku. perlahan Akurangkul perutnya, berbisik di telinganya. 
“Clara, udah pagi, bangun”. Ia masih pulas tertidur. Beberapa kali Aku membangunkannya dan tidak ada respon. 
Perlahan Aku berbisik, kemudin iseng Aku mengendus di lehernya. Clara bergidik namun masih pulas. 
Tangan kanan Aku naik perlahan dari perutnya, menuju dadanya yang tumpah ruah. Aku elus perlahan, masih ga ada respon. 
Aku kemudian cubit pelan putingnya. “mmhh…” Clara bergidik sambil sedikit mendesah. Beberapa kali Aku cubit perlahan putingnya, kemudian Aku remas pelan dadanya, kiri kanan bergantian. 
“mhhh, aaahhhh” Clara mendesah sambil masih terlelap, jadi seperti mengigau. Aku mainkan kedua putingnya, sambil Aku jilati lehernya.
Clara semakin mendesah, namun belum ada tanda ia bangun. Tangan Aku turun dari dadanya menuju bokongnya. 
Aku cubit bokongnya, dan ia masih juga belum bangun. Kemudian tangan Aku turun sedikit ke selangkangannya, Aku elus vagina yang mengintip di antara kedua belah bokongnya. 
“ahhhh…ahhh” Clara mendesah, bokongnya bergoyang mengikuti pola elusan jari Aku di bibir vaginanya. Aku kemudian memainkan Clitorisnya yang terjepit di antara bibir vagina dan pahanya.
 “aaahhhh…mmmmm” desahan Clara makin mejadi, tubuhnya bergoyang, namun masih seperti orang mengigau. Vaginanya perlahan basah, dan bahkan sudah hampir banjir.

Penis Aku udah berdiri tegak, antara sange dan berdiri ketika pagi. Aku selesaikan gesekan jemari Aku di vagina Clara. 
Aku kemudian memegang penis Aku, mengarahkannya ke antara dua bokong Clara. Aku gesekan perlahan penis Aku di bibir vagina yang mengintip tersebut. 
“mmhhh” Clara mendesah kembali, disertai bokongnya yang bergoyang perlahan. Aku mengira-ngira di mana letak lobang vaginanya, Aku arahkan kepala penis Aku tepat di depan lobang vaginanya, dan perlahan Aku memasukan penis Aku ke dalam vagina Clara. 
Kepala penis Aku kini sudah masuk, menyisakan batang penis yang sudah keras di luar. Tangan kanan Aku kemudian meremas melebarkan bokong Clara dan dengan kekuatan penuh Aku benamkan seluruh penis Aku ke dalam vagina Clara. 
“huaaaaahhh” Clara sedikit berteriak ketika sodokkan Aku langsung membenamkan seluruh penis Aku ke dalam vaginanya yang sudah basah. 
Langsung Aku sodok cepat Clara. posisi ini membuat vaginanya terasa lebih sempit. Penis Aku seperti dijepit oleh ruang hangat yang telah basah. Tangan kanan Aku naik dan langsung meremas dada Clara.
Beberapa lama Aku menggoyang Clara barulah ia bangun, 
“mmhhh aaahhh maas enaaaak, teruuus” Clara bangun langsung meracau. Tangannya langsung merangkul kepala Aku. 
Tangan Aku kemudian mengangkat kaki kanan Clara, membukanya lebar, kemudian tangan Aku langsung menyusup ke perutnya dan turun ke vaginanya. 
Di balik rambut-rambut halus vagina itu Aku mainkan Clitoris Clara sambil masih memompanya. 
Kepala Clara menengadah sambil terus meracau 
“hhhaaaahhh teruus… teruus mas teruus, Clara mau pipis”. Beberapa sodokan kencang membuat tubuh Clara membusung, tangannya kencang merangkul kepala Aku, tubuhnya bergetar, sesaat kemudian Aku merasakan penis Aku diguyur cairan hangat yang begitu deras disertai lenguhan panjang Clara. 
Memastikan ia selesai orgasme baru Akucabut penis Aku, dan cairan putih mengalir keluar vaginanya, membasahi bulu-bulu halus yang sudah lembab. 
Akukemudian membalik tubuh Clara, memeluknya erat dan mencium bibirnya mesra, 
“selamat pagi Clara”. Clara tersenyum manja, ia memeluk Aku erat sehingga penis Aku yang masih berdiri tegak menempel di perutnya. 
“pagi mas, pagi-pagi Clara udah dientot aja mas” timpalnya sambil tersenyum manja. 
“ya kamu dibangunin ga bisa, memek udah basah, tusuk aja lah, hehehe. Marah ya?” balas Aku kemudian. Clara menggeleng, 
“enggak, alarmnya enak banget mas. Clara biasa bangun sebel kalo bunyi alarm, kalo ini enak”. Jawaban diiringi dengan tawa kami pagi itu. 
“kamu enak, mas kentang nih” timpal Aku. 
“uuu kaciaan dedeknya belum keluar yaa” canda Clara sambil tangannya perlahan mengocok penis Aku yang masih berdiri tegak. 
“masukin lagi ya?” tanya Aku minta ijin. Clara bangkit duduk sambil tangannya masih memegang penis Aku. 
“bukan ga mau mas, Clara lemes entar gabisa kuliah, disepong aja yaa?” jawabnya. Yang tanpa menunggu balasan Aku, wajahnya mengarah ke penis Aku dan langsung menjilati kepala penis Aku. perlahan Clara mengulum penis Aku sambil tangannya mengocok batang penis Aku. 
Kuluman yang penuh gairah disertai lenguhan-lenguhan yang bisa Aku dengar di sela-sela kulumannya.

Clara kemudian memposisikan tubuhnya berlutut di antara paha Aku. ia melepas kulumannya, menegakkan penis Aku, kemudian menjepitnya di antara kedua dadanya. 
Ya, dada Clara cukup besar untuk bisa benar-benar menjepit penis Aku dan mengocoknya. Namun posisi ini keliatan susah buat dia. Jadi Aku minta ia berhenti dan tidur telentang di tempat Aku. kemudian Aku berlutut di atas perutnya, ia kembali menjepitkan dadanya di penis Aku. 
Aku bergerak maju mundur beraturan dengan pola Clara mengocokkan dadanya. Sesekali kepalanya berusaha menjangkau kepala penis Aku. 
Agak susah keliatannya tapi ia berhasil mengulum kepala penis Aku sambil dadanya mengocok penis Aku. 
Sensasi unik ini membuat Aku sangat bergairah. Dan tak perlu waktu lama untuk Aku sampai ke puncaknya. 
“ahhh mau keluaar” dan *crot crot crot crot* empat semburan bersarang ke wajah cantik Clara. ia menjilati sperma Aku yang mendarat di sekitar mulutnya.
Clara tersenyum puas dengan wajah belepotan sperma.
Rehat sejenak baru kami kemudian mandi. Jujur kamar mandi Aku ga cukup lebar untuk bisa dipakai berdua. 
Sehingga tak banyak yang bisa kami lakukan. Setelah Clara membersihkan sperma Aku yang mulai mengering di wajahnya, kami mengguyur badan masing-masing. 
Clara menuangkan sabun di dadanya, dan menggunakan dadanya untuk menyabuni Aku. ia menempelkan dadanya di seluruh tubuh Aku, kemudian berlutut dan membenamkan penis Aku yang masih tertidur di dadanya. 
“dedek bangun dedek” candanya sambil menggosok-gosokan dadanya yang penuh sabun di penis Aku. 
“jangan ganggu dedek tidur, ntar kalo bangun kamu lemes” balas Aku disertai tawa Clara. selesai menyabuni Aku. 
Setelah sedikit membilasnya, gantian Aku menuangkan sabun di telapak tangan Aku dan mulai menyabuni tubuh Clara. ia berdiri membelakangi Aku. 
Aku oleskan ke seluruh tubuhnya, dan terakhir dadanya. Aku mengolesi sambil meremas-remas dadanya. Tubuhnya mencilat, air bercampur sabun diterpa cahaya. Membuat perlahan penis Aku bangkit kembali. 
Aku kemudian mencoba mengambil sikat gigi, namun sengaja menjatuhkannya. 
“yah ambilin dong tolong” pinta Aku. Clara membungkuk berusaha mengambil sikat gigi yang terjatuh, dengan cepat Aku arahkan penis Aku yang sudah meninggi ke vagina clara, 
“aaaaahhhhhhh” Clara melenguh kencang ketika penis Aku menyeruak masuk ke dalam vaginanya. tangannya yang semula ingin mengambil sikat gigi langsung bertopang ke tembok. 
Aku memegang panggul Clara sebagai tumpuan dan langsung memompanya perlahan. 
“sshhh aahhh alibi banget ngambil sikat gigi maas…ahhh” Racau Clara menyadari permintaan Aku Cuma alibi. 
“ahh mas, enak…ahhh, udah jam segini mas…ahh” Clara meracau keenakan namun juga menyadari jam kuliahnya hampir tiba. 
Baru sekitar 3 menit Aku cabut penis Aku. ga enak juga kalo dia ampe ga masuk kuliah, kentang sebenernya sih, tapi mau gimana lagi. 
Clara bangkit, membilas tubuhnya. Kemudian berbalik dan langsung mencium Aku. lidahnya langsung liar menyeruak. 
Aku membalas pelukannya, sambil meremas bokongnya. Cukup lama kami berciuman, hingga Clara yang melepaskan ciuman kami. ia kemudian menggenggam penis Aku, 
“sabar ya dedek, nanti Clara puasin kamu deh” ujar Clara. 
“janji?” tanya Aku kemudian. Clara membalasnya dengan senyuman nakal, lalu memeluk Aku.

Selesai mandi kami bergantian handukan. Keluar kamar mandi Aku duduk di bibir ranjang. 
Aku memandanginya yang sedang mengeringkan tubuhnya. Ia sadar kalo pandangan Aku tertuju padanya ketika ia akan memakai celana dalamnya, 
“kenapa mas?” tanyanya. 
“yah kamu make baju, mau liat kamu telanjang lebih lama” jawab Aku sambil terus memandangi dadanya yang berguncang liar. 
“iya mas entar kita main lagi, puasin deh liat Clara telanjang” jawabnya sambil berpakaian. 
“masih lama ya? Pengen terus liat kamu telanjang aja boleh?” tanya Aku diselingi sedikit tawa. 
“yeeh masuk angin dong clara kalo telanjang terus” jawab Clara setengah bercanda. Selesai berpakaian, kami kemudian turun. 
Aku mengantar Clara ke kosannya, untuk berganti baju dan menyiapkan bawaan kuliahnya. Kemudian berangkat menuju kampus.

0 komentar:

Posting Komentar